Kamis, 18 Agustus 2011

HITLER: THE RISE OF EVIL

[Image]


HITLER: THE RISE OF EVIL

"The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing."


Melihat film-film tentang holocaust salah satunya The Schindler’s list, tidaklah lengkap sebelum menonton film tentang kehidupan Hitler. JEW KILLED BY JEW, memang itulah kenyataan sejarah. Dalam Film mini-seri "HITLER: THE RISE OF EVIL", kita bisa mempelajari Hitler “in person” juga dikupas tuntas apa yang menjadi dasar Hitler membenci bangsanya sendiri. Film ini ditayangkan lagi di Cinemax sekitar 2 bulan lalu. Tapi juga bisa didapat dari DVD yang baru saja release.

Tokoh Hitler diperankan dengan sempurna oleh Robert Carlyle (The Full Monty, James Bond The world is not enough, Angela Ashes, The Beach) . Hasil jerih-payah Carlyle yang telah melakukan riset sendiri dan training ketat untuk dapat memerankan tokoh “antagonis” sepanjang sejarah manusia, ini membuahkan banyak penghargaan dan pujian. Aksen Inggrisnya yang ok, membuat film ini semakin dramatis, Bravo! Keseluruhan film ini digarap dengan sempurna oleh sutradara Christian Duguay, dengan ekstra hati-hati, dan hasil sebuah riset yang panjang.

Saya tidak sedang mengagung-agungkan Hitler, tetapi tidak selayaknya mencerca seseorang secara membabi buta tanpa melihat latar belakang dirinya. Seburuk-buruknya seseorang di mata siapapun juga, pasti ada sisi baik yang dapat kita ambil hikmahnya yang kadang luput dari sorotan khalayak ramai. Pendek kata, Hitler adalah seorang jenius.

Seringkali, tabiat, perilaku dan pendirian seseorang adalah hasil dari pengalaman masa lalunya. Semasa kecil Hitler adalah seorang anak yang tertolak, ayahnya sangat membencinya dan menganggap perilakunya yang “antisosial” itu adalah sebuah kutukan kerena Alois Hitler (Ayah Hitler) mengawini keponakannya sendiri. Adi (nama kecil Adolf Hitler) dilahirkan pada tanggal 20 April 1889 di sebuah kota kecil di Austria dekat perbatasan Jerman. Ayahnya adalah seorang yang keras dalam mendidik anak sedang ibunya (Klara) sangat baik kepadanya. Klara adalah salah satu dari sedikit orang yang benar-benar disayangi oleh Adolf. Klara sangat percaya bahwa anaknya adalah seorang jenius, dan selalu menganggap anaknya normal, walaupun sejak kecil sudah menunjukkan gejala destruktif dan antisosial. Umur 18 tahun, Adolf sudah menjadi seorang yatim piatu setelah ibunya meninggal dunia sedangkan ayahnya sudah meninggal terlebih dulu sebelumnya. Masa kecil yang diliputi dengan kebencian dan abusement dari ayahnya ini memberikan andil besar dalam mental dan kejiwaan Hitler dewasa.

Ada hal yang harus kita pahami bahwa, jangan pernah meremehkan “dendam masa kecil”. Contoh lain juga bisa kita dapati dari kisah Mao Tse Tung. Mao kecil pernah bersekolah di sekolah yang didirikan oleh para missionaris dari Eropa, oleh sebab suatu hal Mao dimaki oleh salah satu Pastor dengan makian yang bersifat rasialis “anjing kuning!” dan mulai saat itu Mao tidak pernah kembali ke sekolah itu. Membenci kaum agamawan. Kemudian menjadi pemimpim komunis terbesar di China, juga menjadi pembunuh massal, jutaan kaum terpelajar dan seniman tewas dibunuh dan dihukum kerja paksa dalam Revolusi Kebudayaan 1965. Nggak kalah sadis dengan Hitler Smile
Sebuah dendam masa kecil dan luka-batin; inilah bahayanya jika itu dialami oleh seorang pemimpin!

Hitler awalnya bercita-cita menjadi seorang seniman (bukan menjadi tentara/ politikus). Sebagai pecinta seni, maka dia mencoba mendaftar ke sebuah fakultas seni di Wina, Austria, tetapi ditolak. Penolakan ini memiliki dampak besar bagi dirinya. Frustasi, yatim-piatu, tidak ada uang/bokek, sehingga dia selama kira-kira setahun menjadi gelandangan, hidup dari belas kasihan orang lain di jalanan. Selama itu, dia juga mulai benci terhadap orang Yahudi, kaum imigran yang hidup lebih mewah, dan ini dikuatkan dengan pendengaran dari ceramah yang sifatnya “Antisemit” oleh Walikota Vienna Karl Lueger. Teori Lueger yang menyalahkan kekacauan ekonomi dan politik kepada kaum Yahudi, mengispirasinya menjadi pembenci kaum Yahudi sepanjang hidupnya. Ini pula yang membangun ideologinya dan menganggap bangsa Arya adalah ras tertinggi. Banyak orang berkata, seandainya saja dia diterima di sekolah seni tersebut, mungkin Hitler hanya akan menjadi seniman seperti Picasso misalnya, mungkin sejarah juga akan lain ceritanya. Disinilah salah satu letak pentingnya Hitler, dia mengubah sejarah (meskipun ke jalan yang dianggap salah). Garis hidupnya bagaikan takdir yang tidak bisa diubah.

Di tahun 1914, Jerman ikut serta dalam Perang Dunia 1 dan Hitler masuk militer. Sewaktu perang di garis depan, dia terluka, dipulangkan dan mendapatkan medali untuk keberaniannya. Selama perang, Hitler berangsur-angsur menjadi seorang patriot untuk Jerman meskipun dia sendiri bukan warga negara Jerman (dia lahir di Austria). Maka dari itu, sewaktu Jerman kalah perang, dia tidak bisa menerima kenyataan, karena bagi Hitler, Jerman adalah yang terkuat. Dia lalu menyalahkan para "pengkhianat" sipil, terutama orang Yahudi sebagai penyebab Jerman kalah perang.

Jerman setelah kalah perang porak poranda. Keadaannya sangat mengenaskan dengan kota-kota yang hancur, harga barang tinggi ditambah lagi dengan datangnya gerakan-gerakan revolusi komunis. Hitler sendiri tetap berdiam di militer. Hitler membenci orang-orang dari berbagai ideologi, termasuk komunis (Karl Marx adalah seorang Yahudi), sosialis kapitalis dan liberal. Sebenarnya karir militer Hitler hanya sampai Kopral, bisa dibayangkan betapa hebatnya orang ini, dia menjadi Army Commander yang ditakuti seluruh dunia pada Perang Dunia 2.

Tahun 1919 Hitler lalu bergabung dengan sebuah partai kecil bernama Partai Pekerja Jerman dan meninggalkan karir militernya. Saat berhasil menjadi pemimpinnya dan akhirnya mengubah namanya menjadi partai NAZI. Tahun 1920, Hitler menterbitkan simbol Swastika dan Tahun 1921 Partai ini semakin solid dengan didukung oleh kelompok milisia SA. Disinilah kita bisa melihat salah satu kejeniusan Hitler, berorganisasi dan berpidato. Terus terang, secara pribadi, saya tidak pernah melihat orang berpidato sehebat Hitler. Saya sendiri, begitu melihat film dokumenter tentang Hitler ini, biarpun tidak mengerti bahasanya tapi ikut tergugah dan bersemangat dengan cara yang sulit digambarkan. Ketika pengikutnya berteriak sambil mengangkat tangan “HAIL HITLER!” benar-benar luar biasa! Apapun yang Hitler katakan adalah seperti sebuah “Religion’s order” yang membuat pengikutnya menjadi super fanatik dan mengikuti apapun yang diucapkannya.

Kesuksesannya tidak lepas dari peran Ernst Hanfstaengl, adalah seorang kaya yang menjadi supporter sekaligus fund raiser untuk karir politik Hitler. Hanfstaengl terpana pada pandangan pertama kepada Hitler saat mendengar pidatonya, dan meyakini Hitler akan menjadi orang besar. Dia memandang Hitler sebagai berlian yang belum diasah, dan dialah yang membuat Hitler mempunyai penampilan “antik” dengan kumis kecilnya itu. Hanfstaengl mempunyai istri cantik dan pintar bernama Helene. Hitler mencintai perempuan ini tapi tidak mungkin memilikinya. Helene juga mempunyai peran besar dalam karir Hitler. Belakangan juga diketahui bahwa Ernst Hanfstaengl adalah juga seorang keturunan Yahudi! Wow! Sampai-sampai saya berpikir, mungkin saja apabila saya ada di situasi seperti Hanfstaengl, saya juga bakal kesetanan “kesemsem” sama Hitler atas kharismanya yang luar biasa ini.

Dukungan dari kelompok milisia SA yang dipimpin oleh Ernst Röhm yang dikenal dengan “The Brown Shirts” membuat Nazi menjadi kelompok elite dan ditakuti. SA ini adalah cikal-bakalnya tentara SS yang kemudian menjadi pasukan keamanan resmi pada pemerintahan Hitler. Kita melihat disini bahwa Hitler adalah orang yang “well prepared” jauh sebelum mendapat kekuasaan resmi di Jerman. Ini menjadi inspirasi banyak pemimpin politik bahwa harus ada dana dan military back up untuk suksesnya sebuah karir politik. Seperti juga Mao Tse Tung yang mempunyai tentara rakyat dan berfalsafah “Kekuasaan ada di moncong senjata”.

Film ini juga mengangkat kiprah seorang jurnalis Fritz Gerlich, yang jauh sebelumnya sudah bisa memprediksi bahwa Hitler akan menjadi “the most evil man” dan selalu menyerangnya dengan artikel-artikelnya. Namun semakin diserang justru Hitler mendapatkan popularitas. Sampai pada suatu rencana Perdana Menteri Gustav Von Kahr yang juga sahabat Gerlich ini untuk menjebak Hitler untuk menghancurkan karir politiknya dengan seolah-olah mendukung Hitler melakukan kudeta. Dan tentu saja rencana ini gagal dan membawa Hitler ke penjara.

Dalam kudeta gagal yang dipimpinnya ini, Hitler terluka dan mencoba bunuh diri, namun Helene bisa menahan maksudnya ini. Andai saja Hitler berhasil bunuh diri, munkin tidak akan ada PD2. Kemudian Hitler ditangkap dan dipenjara atas tuduhan subversif, rupanya untuk menjadi seorang Hitler-pun mengalami masa-masa susah sebelum menjadi orang besar, ada harga yang harus dibayar. Lagi-lagi Helene menjadi penyelamat Hitler menggagalkan aksi mogok makan-nya saat di penjara, dan malah menjadi inspirasinya dalam menulis sebuah buku dan kiprah karir politik selanjutnya.

Di penjara dia menulis bukunya yang terkenal, “Mein Kampf” (My Battle) 1924. Ernst Hanfstaengl menjadi salah satu penerbit buku yang super laris dan menghasilkan income yang banyak. Buku ini bisa digambarkan sebagai sebuah buku otobiografi, pikiran politik/ filsafatnya, sejarah serta buku hariannya. Dalam tulisannya ini Hitler yakin bahwa bangsa Arya adalah ras teringgi, penemu seni, ilmu dan tekhnology. Selanjutnya Hitler ingin menciptakan sebuah “ras arya” yang “genuine” yang nantinya akan meleading kebudayaan, keindahan, martabat dari semua jenis ras manusia. Buku ini kemudian menjadi seperti “The Bible” bagi pengikutnya.

Setelah mendekam di penjara kurang lebih 9bulan, Hitler mendapat amnesti, tetapi partai Nazi miliknya sudah amburadul saat dia keluar penjara. Disini kita bisa melihat salah satu talenta besarnya dalam berorganisasi. Hitler berhasil membangun kembali partainya dari partai kacau balau sampai menjadi salah satu partai terbesar di Jerman.

Sekeluar dari penjara, Hitler langsung mengunjungi Helene pada malam natal 24 dec 1924 dan mengungkapkan bagaimana ia mengagumi & mencintai Helene. Hitler memandangnya seperti “ibu” yang dia kagumi. Memang sangat terlihat sebagai orang yang melankolis, sosok Hitler ini butuh seorang perempuan yang “dewasa dan matang” yang sungguh mengasihinya dan memenuhi kebutuhan jiwanya, namun sayang ini tidak pernah dia dapatkan. Saya berpikir; andai saja Hitler dapat memilikinya mungkin perangai Hitler bisa lebih sabar, namun nasib berkata lain. Hitler tumbuh menjadi manusia “pembenci”, yang dasarnya adalah “he was just a simply un-happy man”.

Cinta yang tak sampai dan tidak bisa memiliki, membawa Hitler menjadi posesif terhadap kemenakannya yang cantik “Geli Raubal” kasus ini seperti pengulangan kisah ayahnya sendiri. Akhirnya Geli pun tidak bisa dimiliki Hitler karena Geli bunuh diri (tahun 1931 menjadi tahun success & suicide bagi Hitler). Dengan tewasnya Geli, Hitler saat itu sudah tidak lagi memiliki “any jew relationship”. Semua perempuan yang dicintainya tidak dapat ia miliki, ibu yang dipujanya meninggal, Geli tewas, dan Helene adalah istri orang yang mendukung karir politiknya, tidaklah mungkin dia miliki. Hadirnya Eva Braun yang mirip Geli juga tidak bisa melepas rasa dukanya terhadap kematiannya. Maka keberingasan dan kejahatannyapun yang dipicu oleh kebencian terhadap Yahudi semakin menjadi-jadi.

Di Pemilu tahun 1931 partai Nazi resmi menjadi partai dan nantinya akan menjadi partai terbesar Jerman. Walaupun mengepalai sebuah partai besar dan menjadi tokoh politik yang diperhitungkan, Hitler belum resmi menjadi warga negara Jerman. Gila enggak orang ini? Smile sehingga walaupun partainya besar Hitler tidak bisa mencalonkan diri menjadi presiden. Hitler baru resmi menjadi warga negara Jerman tahun 1932.

Tahun 1933 Hitler diangkat menjadi Kanselir Jerman, dan tentu saja membuat manuver-manuver politik yang brilliant sekaligus kotor. Menciptakan penipuan seperti pembakaran gedung Reichstag dengan meng-kambing-hitam-kan pihak Komunis. Kekacauan jadi-jadian ini adalah bertujuan untuk meng-gol-kan macam-macam dekrit termasuk hak-hak pemerintah untuk menguasai pers, sarana komunikasi, seluruh sentra ekonomi, politik secara mutlak, memberangus semua kebebasan, sekaligus akan memulai terjadinya Perang Dunia ke-2.

Tahun 1934 dengan kematian presiden Hindenburg membawa Hitler memiliki kuasa penuh dan akhirnya menjadi seorang diktator dengan kekuasaan tanpa batas. Bisa dilihat disini, orang yang mampu mengangkat dirinya dari seorang gelandangan yang tidak pernah lulus sekolah, dengan karir militer hanya sampai kopral, kemudian menjadi pemimpin mutlak Jerman bukanlah orang sembarangan!

Setelah mengambil alih kekuasaan di Jerman, Hitler lalu terus menggunakan kemampuan berpidatonya yang luar biasa untuk membakar kembali semangat rakyat Jerman. Perlu diketahui, dengan adanya perjanjian Versailles setelah PD1 berakhir, Jerman sebagai pihak yang kalah kehilangan banyak wilayahnya dan harus membayar biaya perang dan sebagainya. Hitler yang menganggap perjanjian ini sebagai sampah mampu membuat jutaan rakyat Jerman berdiri di belakangnya untuk menolak isi perjanjian ini dan merebut kembali apa yang menjadi 'hak milik' rakyat Jerman. Apa yang terjadi selanjutnya bisa dibaca di berbagai buku sejarah, tetapi yang ingin ditekankan disini adalah kehebatan taktik berperang Hitler. Polandia, Denmark, Norwegia, Belanda, Belgia, Luxembourg, Perancis, Yugoslavia, Yunani dan Mesir semua jatuh dibawah kekuasaannya dalam waktu cepat.

Mulai tahun 1934 Hitler berhasil membawa Jerman yang seluruhnya porak poranda karena kalah perang kembali menjadi kekuatan besar Eropa. Banyak peninggalannya yang masih bisa kita lihat sekarang, misalnya autobahn atau sistem jalan tol terbaik di dunia (yang tidak memiliki batasan kecepatan) adalah hasil karya rezim Hitler. Mobil volkswagen juga merupakan salah satu hasil rezim Hitler. Kekejaman dan teror yang dia tebar di muka bumi mungkin tidak bisa dimaafkan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa Hitler adalah salah satu jenius dunia.

Josef Goebbels adalah seorang genius dan sangat setia yang menjadi bagian penting dari “the rise and fall” nya The Führer. Posisinya sebagai Menteri informasi (Propaganda Minister). Dan membuahkan proyek film propaganda “Triumph of the Will” 1936 yang dikemas bagus oleh sutradara perempuan Leni Riefenstahl yang baru berumur 31tahun, terbukti dapat membius seluruh Eropa menjadikan Hitler seorang selebriti paling dikenal masa itu. Film dokumenter ini khusus menyoroti Hitler, pidato2nya yang menggugah. Saya sungguh tertegun melihat Hitler berjalan didepan 160ribu orang yang berdiri berbaris rapi dan dalam keheningan memandang Hitler dengan penuh penghormatan. Hmmm….. seperti nabi saja.

Goebbels “the little man” yang agak pincang ini seolah-olah reinkarnasi dari anjing Hitler yang juga pincang yang pernah menyelamatkan nyawa tuannya dari ancaman bom pada PD1. Akhir hidupnya pun untuk The Führer dengan menelan pil sianida bersama istri dan 6 orang anaknya. Demikian juga tokoh-tokoh besar NAZI termasuk Hermann Göering dan terakhir Rudolf Hess yang menjadi “inner circle” Hitler satu-persatu bunuh diri, dan menunjukkan kesetiaannya kepada The Fuhrer.

Selama masa kekuasaan Hitler (1933-1945), membuktikan bahwa Jerman yang kolaps akibat kalah perang di PD1, yang dipandang kecil oleh negara-negara Eropa kala itu, menjadi kekuatan baru yang dasyat. Kebangkitan Hitler ini membuat banyak negara terkecoh dan hal ini sempat membuat pertikaian antara PM Inggris Neville Chamberlain dan Winston Churchill yang kemudian terbukti bahwa Churcill yang bener tentang bahayanya sosok Hitler ini. Kegagalan awal yang berarti hanyalah serangan Rusia (di Leningrad) yang akhirnya menelan banyak korban dari pihak Jerman dan berandil terhadap jatuhnya Hitler (reff. Film Enemy at the gates). Kita bisa melihat kesamaan antara Hitler dan Napoleon, keduanya jatuh akibat menyerang Rusia. Kegagalan Hitler juga berlanjut dari serangan-serangan sekutu yang nantinya menyebabkan terbelahnya Jerman Barat dan Jerman Timur.

Memasuki tahun 1945, Jerman mengalami kekalahan bertubi-tubi dari 2 pihak ; Rusia/Soviet & sekutu, anehnya Hitler sepertinya tidak memusingkan hal itu; dan justru lebih memfokuskan pada “Final solution” membantai Yahudi sebanyak-banyaknya sebagai misi sucinya; sehingga dalam PD2 ini ada perang yang lain yaitu antara “SS Soldier lawan Yahudi” (Reff. Film The Last Day/ Steven Spielberg). Pembunuhan masal tetap aktif di Auschwitz sampai benar-benar pemerintahan Hitler runtuh.

Holocaust atau pembunuhan masal orang Yahudi tidak akan pernah terlupakan. Suatu tragedi terbesar mengerikan yang pernah terjadi di sejarah umat manusia dan Hitler adalah aktor antagonis utamanya. Tetapi patut dimengerti bahwa Hitler sendiri adalah seorang bertalenta besar. Seorang yang pandai berpidato (the best I've ever seen to be honest!), pandai berorganisasi, pandai berperang dan ambisius.

Adolf Hitler dan rezim-nya bertanggung jawab atas tewasnya 6juta European Jews, tewasnya 3juta Soviet POW (Prisoners of war), 3juta Polish Catholics, 700ribu Serbians, 2ribu kaum Gipsy Roma, , 80ribu politisi Jerman, 70ribu orang cacat di Jerman 12ribu homosexuals, 2ribu Jehovah's Witnesses. Dan selanjutnya menjadi tokoh utama dalam PD2 yang menewaskan total kurang-lebih 50juta jiwa penduduk dunia.

Pribadi yang menakutkan ini ternyata penyebab dasarnya adalah “he was just a simply un-happy man”. Pribadi yang tertolak sejak masa kecilnya mempengaruhi seluruh kehidupannya. Tokoh ini sepertinya menggenapi sumpah Imam Kayafas dan orang-orang Yahudi yang menginginkan Yesus disalib dengan bersumpah "biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami" Mat 27:25. Tapi benarkah demikian?. Atau memang Hitler ini diposisikan seperti Yudas?. Yang akhir hidupnya juga bunuh diri (30 April 1945) ?. Seorang Yahudi yang membunuh Yahudi (herannya mengapa tidak ada LSM kala itu yang membuka tabir bahwa Hitler adalah Yahudi Smile ). Kehadirannya pun tepat sebelum pohon ara itu bertunas, lahirnya negara Israel tahun 1947 yang sampai sekarang ini masih berdarah-darah dan bunuh-bunuhan.

Adolf Hitler disebut “the most evil man in all of history”. Kejahatannya jangan dilupakan sekaligus jangan terulang; “human against humanity”.


[Image]




Blessings,
Bagus Pramono
March 25, 2004




Additional Note :


Subjective guilt, abusement masa kecil, tertolak, luka batin dsb. dapat mempengaruhi sifat seseorang. Walaupun psikologi manusia itu tidaklah bersifat matematis; kalau orangnya A belum pasti background-nya B

Memang pernah terjadi dan sejarah mencatat; orang yang sangat berkuasa dan kaya seperti Hitler, tetapi "He can't effort to buy love". Kasih itu terlalu mewah baginya dan tidak pernah dimilikinya, sehingga jadilah ia manusia yang super jahat. Nah inilah pentingnya kasih dalam keluarga, seorang anak harus didasari kasih sejak dini.

Tentu saja banyak sekali orang yang mengalami nasip yang sama dengan Hitler; "hidup tanpa kasih". ; Tapi itulah bedanya, Bahayanya sebuah "luka batin" jika itu dialami oleh seorang pemimpin, maka dia akan menjadi pemimpin yang super bahaya. Seperti halnya Mao Tse Tung & Sadam Husein.
Walaupun juga tidak semua pemimpin bengis pasti mempunyai background yang sama seperti Hitler.

Michael Freund dari "Jerusalem Post" tgl 23 Mar 2004, menulis (tentang Sheik Yassin, yang terbunuh oleh serangan Israel) : "The removal of this villain, whose warped ideology brought about the deaths of hundreds of innocents, was a heroic and just act that should be celebrated as an important milestone in the global war on terror. Despite his innocent demeanor, Yassin was a monster".
Ini adalah sudut pandang sebagian orang Israel.
Tapi bagaimana dengan sudut pandang orang Hamas dan sebagian besar orang Palestina prihal Sharon atau orang Israel, jelas senada? Siapa yang benar? Siapa yang jahat?

Jadi, latar belakang seseorang tidak mutlak harus menentukan "kekejaman, keganasan, tindak a-manusiawi dan criminal". Ada yang jadi kriminal karena dia berada dalam tempat dan keadaan yang mendorong dia dalam tindak kriminal, karena faktor ekonomi, mungkin juga karena keracunan ideologi lalu menjadi penjahat perang, kepercayaan, karena politik, fanatisme agama, dsb.

Review tentang "Hitler: The rise of evil" bertujuan untuk melihat Sejarah Masa Lalu dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dari sejarah tersebut. Kekejaman Hitler sama sekali tidak dibenarkan, baik secara moral maupun agama. Apalagi kita sebagai murid-murid Yesus yang dasarnya adalah Kasih. Dan juga bertujuan untuk "study to people";

Ada baiknya kita mempelajari human dengan humanity touch, bukan semata-mata dengan "penghakiman". Menghakimi dengan keadilan yang epikeia (bijaksana); Seperti Tuhan tidak pernah memandang dosa besar dan dosa kecil, Setiap manusia memohon "pengampunan dosa" dengan segera Dia akan setia dan adil, dan mengampuni kesalahan2nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar